LAPORAN DISKUSI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

PENYAKIT JANTUNG KORONER

 

 

 

 

 

 



 

 

 

 

 

 

Kelompok 9

1.      Hijriah                               I1B021004

2.      Aurelia Dhiyaa D              I1B021008

3.      Nur Adinda                       I1B021014

4.      Alfina Fitriani                   I1B021068

5.      Meiningtyas Zakiya N.     I1B021082

 

 

 

 

 

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

2022


DAFTAR ISI

                     

DAFTAR ISI. i

BAB I. 1

PENDAHULUAN.. 1

A.   Latar Belakang. 1

B.   Rumusan Masalah. 1

C.   Tujuan. 1

BAB II. 2

PEMBAHASAN.. 2

A.   Definisi Penyakit Jantung Koroner. 2

B.   Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner. 2

C.   Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner. 3

D.   Tanda dan Gejala Penyakit Jantung Koroner. 3

E.   Penyebab Penyakit Jantung Koroner. 3

F.   Treatment Untuk Penyakit Jantung Koroner. 4

G.  Peran Perawat dalam Asuhan Keperawatan Pasien Penyakit Jantung Koroner. 4

BAB III. 6

PENUTUP.. 6

A.   Kesimpulan. 6

DAFTAR PUSTAKA.. 7

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang

Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit jantung mematikan. Penyebab utama terjadinya penyakit ini adalah penyempitan arteri koronaria. Penyempitan terjadi karena adanya kondisi aterosklerosis atau spasme maupun kombinasi dari keduanya. Faktor perilaku dan gaya hidup seperti kebiasaan merokok, penyakit hipertensi dan Hiperkolesterolemia serta pada orang yg mengalami stress yang tinggi, dapat mendorong terjadinya penumpukan lemak dan mempercepat kerja otot jantung serta berakibat terjadinya penyempitan dari arteri koroner.

Penanganan terhadap penyakit ini juga perlu dilaksanakan sejak awal kejadian mengingat tanda dan gejala yang sering tersembunyi atau sebaliknya, jika tampak signifikan berpotensi mengganggu aktifitas harian pasien. Dampak lanjut bila pasien dengan PJK tidak segera mengambil keputusan yang tepat maka tidak menutup kemungkinan individu akan jatuh pada keadaan kegawatdaruratan bahkan kematian. Oleh karena itu, Peran perawat sangat dibutuhkan dalam meningkatkan tingkat pengetahuan, kemauan, dan kesadaran dari masyarakat untuk mencegah PJK.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa definisi dari Penyakit Jsntung Koroner?

2.      Apa patofisiologi dari Penyakit Jantung Koroner?

3.      Apa saja faktor risiko dari Penyakit Jantung Koroner?

4.      Apa saja tanda dan gejala dari Penyakit Jantung Koroner?

5.      Apa saja penyebab dari Penyakit Jantung Koroner?

6.      Apa treatment yang tepat untuk pasien Penyakit Jantung Koroner?

7.      Apa saja peran perawat dalam asuhan keperawatan pasien Penyakit Jantung Koroner?

C.    Tujuan

1.      Mampu mendefinsikan pengertian Penyakit Jantung Koroner

2.      Mampu menjelaskan patofisiologi Penyakit Jantung Koroner

3.      Mampu menjelaskan faktor risiko dari Penyakit Jantung Koroner

4.      Mampu menyebutkan tanda dan gejala dari Penyakit Jantung Koroner

5.      Mampu menyebutkan penyebab dari Penyakit Jantung Kororner

6.      Mampu menjelaskan treatment yang tepat untuk Penyakit Jantung Koroner

7.      Mampu menjelaskan peran perawat dalam asuhan keperawatan pada pasien Penyakit Jantung Koroner

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Definisi Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner (PJK) menjadi salah satu penyakit jantung mematikan yang disebabkan karena penyempitan arteri koronaria. Penyempitan terjadi karena adanya kondisi aterosklerosis atau spasme maupun kombinasi dari keduanya yang kemudian dipicu oleh stresoksidatifter utama dimitokondria. Adanya oksigen reaktif dan spesies nitrogen reaktif (ROS/RNS) dapat diidentifikasi dalam sebagian besar kunci dalam patofisiologi aterosklerosis dan manifestasi klinis konsekuensial dari penyakit kardiovaskular. Pengobatan penyakit jantung koroner menggunakan pengobatan farmakologis dan terapi non-farmakologis. Salah satu cara terapi non-farmakologis adalah dengan mengkonsumsi antioksidan. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa penggunaan antioksidan dapat mengurangi oksidasi LDL dan menghambat proses pengerasan pembuluh darah.

B.     Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner

Kolesterol yang tertimbun didinding bagian pembuluh darah dapat mengakibatkan pembuluh darah mengalami penyempitan dan aliran darah menjadi tersumbat, yang mengakibatkan fungsi jantung terganggu karena harus bekerja lebih keras untuk memompa aliran darah kemudian arteri koroner semakin menyempit dan mengeras yang disebut dengan aterosklerosis. Terdapat 4 indikator terbentuknya plak aterosklerosis antara lain dislipidemia yakni abnormalitas lipid dan lipoprotein pada darah karena adanya peningkatan kadar LDL dan VLDL serta penurunan HDL dalam darah. Lemak dan apoprotein di dalam tubuh disebut lipoprotein yang terbagi menjadi 4 jenis kilomikron, LDL (Low Density Lipoprotein), VLDL (Very Low Density Lipoprotein) dan HDL (High Density Lipoprotein). LDL menjadi lipoprotein yang sangat berperan dalam patogenesis dari aterosklerosis. Apabila terjadi secara terus menerus menyebabkan terjadinya disfungsi endotel, memicu LDL masuk dan terakumulasi di dalam lapisan sub-endotel dari pembuluh darah, terjadi pada lapisan sel endotel yang mengalami kerusakan atau stress metabolik. Gesekan antara aliran darah dan lapisan endotel pada lumen arteri akan menimbulkan gaya yang disebut dengan shear stress. Kemudian jejas endotel tersebut menyebabkan terjadinya radikal bebas dan inflamasi. Terdapat 5 Fase proses aterosklerosis :

1.    Fase 1 : Terjadi pada umur kurang dari 30 tahun. Lesi I – III tidak terdeteksi dan mempersempit lumen arteri

2.      Fase 2 : Lesi tipe IV dan V mencerminkan perkembangan plak yang rentan

3.      Fase 3 : Gangguan akut lesi tipe IV dan V, pembentukan thrombus dan komplikata

4.      Fase 4 : Trombus menyumbat aliran arteri sindrom koroner akut yang sering terjadi

5.      Fase 5 : Mengikuti fase 3 atau 4 mengalami fibrosis dan membentuk lesi stenotik kronis

 

C.    Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner

PJK disebabkan oleh faktor risiko yang dapat dirubah dan tidak dapat diubah. Faktor risiko yang tidak dapat dirubah seperti usia, jenis kelamin, dan genetik. Sedangkan faktor risiko yang dapat diubah seperti kebiasaan merokok, dislipidemia, hipertensi, kurang aktifitas fisik, obesitas, diabetes mellitus, stress, konsumsi alkohol dan kebiasaan diet yang kurang baik.

Faktor risiko PJK yang dapat diubah seperti hipertensi, dislipidemia, dan diabetes mellitus dipengaruhi oleh pola konsumsi makan. Pola konsumsi makan yang tidak sehat seperti mengkonsumsi karbohidrat berlebih, tinggi lemak dan kolesterol akan berpengaruh terhadap tubuh dan menjadi faktor risiko untuk terkena hipertensi, dislipidemia, diabetes mellitus, dan penyakit jantung koroner.

Selain pola konsumsi makan, pendidikan dan pekerjaan juga mempunyai pengaruh terhadap kesehatan. Seseorang yang tingkat pendidikannya tinggi cenderung memiliki banyak pengetahuan tentang kesehatan.

Bekerja dapat memberikan efek yang baik bagi kesehatan dan kesejahteraan pekerja, tetapi bekerja juga dapat menimbulkan efek buruk bagi pekerja. Risiko penyakit jantung dapat meningkat hingga lebih dari 60% pada pekerja yang mengalami stress, terutama pekerja yang memiliki gaya hidup yang tidak sehat dan kurang berolahraga (Naomi et al., 2021).

 

D.    Tanda dan Gejala Penyakit Jantung Koroner

  1. Mengalami nyeri dada (Keluhan rasa tidak nyaman pada dada)
  2. Sesak napas,
  3. Denyut jantung tidak stabil (Aritmia)
  4. Keringat dingin,mual muntah dan mudah lelah.

 

E.     Penyebab Penyakit Jantung Koroner

  1. Makanan Instan
  2. Hipertensi, merupakan salah satu faktor resiko utama penyebab terjadinya PJK
  3. Merokok, merokok telah dimasukkan sebagai salah satu faktor resiko utama PJK disamping hipertensi dan hiperkolesterolami. Orang yang merokok > 20 batang perhari dapat mempengaruhi atau memperkuat efek dua faktor utama resiko lainnya.
  4. Kolestrol 

F.     Treatment Untuk Penyakit Jantung Koroner

  1. Mengontrol faktor resiko dan modifikasi gaya hidup sehat.
  2. Pemberian aspirin dosis rendah (75 mg per hari) pada semua pasien tanpa kontraindikasi yang spesifik (contoh. perdarahan lambung yang aktif, alergi aspirin, atau riwayat intoleransi aspirin).
  3. Pengobatan statin untuk semua pasien dengan penyakit jantung koroner.
  4. Pemberian ACE inhibitor pada pasien dengan indikasi pemberian ACE inhibitor, seperti hipertensi, disfungsi ventrikel kiri, riwayat miokard infark dengan disfungsi ventrikel kiri, atau diabetes.
  5. Pemberian Beta-blocker secara oral pada pasien gagal jantung atau yang pernah mendapat infark miokard.
  6. Revaskularisasi Miokard. Ada dua cara revaskularisasi yang telah terbukti baik pada PJK stabil yang disebabkan aterosklerotik koroner yaitu tindakan revaskularisasi pembedahan, bedah pintas koroner (coronary artery bypass surgery = CABG), dan tindakan intervensi perkutan (percutneous coronary intervention = PCI).

 

G.    Peran Perawat dalam Asuhan Keperawatan Pasien Penyakit Jantung Koroner

Durasi tidur pendek termasuk salah satu keluhan utama pasien penyakit jantung koroner pada masa recovery atau pemulihan. Salah satu asuhan keperawatan yang dapat diberikan adalah dengan pemberian terapi modalitas yaitu teknik relaksasi salah satunya dengan relaksasi benson. Relaksasi Benson ini akan menstimulasi endorphin yang berhubungan dengan serotonin yang berperan pada proses tidur. Serotonin ini akan mengatur kadar melatonin tetap tinggi sepanjang malam dan mempertahankan tidur sehingga durasi tidur meningkat (Muliantino et al., 2018).

Pasien penderita penyakit jantung koroner yang tidak mampu menyesuaikan diri terhadap diri sendiri dan lingkungan yang dihadapinya mempunyai risiko mengalami kecemasan. Kecemasan ini apabila tidak segera ditangani dapat memperparah kondisi penyakit yang dideritanya, dalam kasus ini kecemasan akan berakibat hiperventilasi yang dapat memperparah penyakit jantung koroner Peran perawat dalam mengatasi kecemasan pasien adalah melaksanakan asuhan keperawatan yaitu memberikan teknik relaksasi, salah satunya adalah teknik relaksasi genggam jari. Teknik ini dapat merangsang otak untuk menghasilkan hormone endorphine yang menstabilkan emosi sehingga tubuh menjadi rileks dan ketegangan otot berkurang yang kemudian akan mengurangi kecemasan (Amaliya et al., 2021).

Usaha promotif dan preventif juga dilakukan untuk menekan angka penderita penyakit jantung koroner. Intervensi yang dilakukan untuk menangani masalah tersebut yaitu dengan menekankan informasi melalui edukasi dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, mencakup aspek fisik dan psikologis. Edukasi yang dilakukan ditujukan kepada pasien jantung koroner agar memiliki pikiran dan sugesti yang positif terhadap kondisi kesehatannya serta dapat memiliki motivasi untuk kembali menjalankan kehidupannya secara normal (Purnama, 2020).


 

BAB III

PENUTUP

 

A.    Kesimpulan

Perawat mempunyai peran penting dalam pemberian pelayanan kesehatan pada pasien penderita Penyakit Jantung Koroner.  Dalam memberi pelayanan kesehatan pada pasien, seorang perawat harus memberikan asuhan keperawatan yang holistik, mencakup bio-psiko-soiso-spiritual. Oleh karena itu, seorang perawat harus memiliki pengetahuan mendasar mengenai Penyakit Jantung Koroner. Dengan menguasai pengetahuan tersebut, mulai dari definisi penyakit Jantung Koroner itu sendiri hingga perawatan yang dilakukan, perawat dapat menjalankan perannya dengan baik sebagai pemberi asuhan keperawatan. Peran perawat yang dimaksud adalah sebagai kolaborator, edukator, dan pemberi asuhan keperawatan yang terapeutik kepada pasien. Dengan menjalankan peran perawat tersebut dengan baik, diharapkan dapat membantu pasien meningkatkan derajat kesehatannya serta dapat menjadi usaha promotif dan preventif bagi masyarakat.



DAFTAR PUSTAKA

 

Alkatiri, A. A., Wicaksono, S. H., Pakpahan, H., & Dwiputra, B. (Eds.). (2019). Pedoman Evaluasi dan Tatalaksana Angina Pektoris Stabil (1st ed.).

Amaliya, B., Kartika Sari, N., Pupuk Kaltim, R., Oxigen No, J., Bontang, K., Kemenkes Kalimantan Timur, P., & Wolter Monginsidi, J. (2021). Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Perubahan Kecemasan Pasien Penyakit Jantung Koroner. Mahakam Nursing Journal, 2(10), 405–413.

Djohan, T. B. A. (2004). Penyakit Jantung Koroner Dan Hypertensi.

Muliantino, M. R., Herawati, T., & Masfuri, M. (2018). Relaksasi Benson Untuk Durasi Tidur Pasien Penyakit Jantung Koroner. Jurnal Endurance, 3(3), 556. https://doi.org/10.22216/jen.v3i3.2788

Naomi, W. S., Picauly, I., & Toy, S. M. (2021). Faktor Risiko Kejadian Penyakit Jantung Koroner (Studi Kasus di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang). Media Kesehatan Masyarakat, 3(1), 99–107.

Purnama, A. (2020). Edukasi Dapat Meningkatkan Kualitas Hidup Pasien yang Terdiagnosa Penyakit Jantung Koroner. Jurnal Kesehatan Indonesia, 10(2), 66–71.

Santosa, W. N., & Baharuddin, B. (2020). Penyakit Jantung Koroner dan Antioksidan. KELUWIH: Jurnal Kesehatan Dan Kedokteran, 1(2), 98–103. https://doi.org/10.24123/kesdok.v1i2.2566

 

KUIS

Comments